Senin, 23 Februari 2015

YOGYAKARTA, DENGARKAN DESAH NAFAS KEPEDIHAN KU PUISI

YOGYAKARTA, DENGARKAN DESAH NAFAS KEPEDIHAN KU

YOGYAKARTA, DENGARKAN DESAH NAFAS KEPEDIHAN KU
oleh: Roby telenggen

Kusematkan nafas kinanti mengundang rasa terindah sisihkan penafsiran desir pasir parangtritis
temani lantunan kindung layu dibatas senja nan terlahir diantara lentik dawai pemetik nada nada syahdu pemikat kalbu jiwa jiwa renta.
Asa hitam ku tersiba kikisan tebing pantai telah terbang sedari awan berzina
bersama senggama udara telah terbungkam geram sabda sang merpati mengemas kepedihan ku mencintai cinta.
Hingga sepah nanah sisa tinta tinta bening telah rela kujilati ukiran aksara di dinding muka Prambanan.
sesekali kulihat petuah angin terbang tak terarah mengasingkan diri
melintasi mata bukit bukit tajam menanti kaisar langit melukis mega mega Mallioboro
seakan menguning menggunjing keresahan ku nan tak terbalas kerinduan fulan bidadari laut utara.
kini,kubentangkan alam sadarku mengutip kisah kematian sepasang flamboyan ditepi istana tua telah mati
tak tersentuh lembutnya debu debu suci laksana serpihan mutiara .
sembari kutepis tarian kupu kupu manis menghibur sepasang mata ku
nan telah sedari dulu tertutup keindahan bahasa hati memandang khasanah bahari kesetiaan ditepi nyawa ini.
sedari dulu kau singkap sakat sakat kata indah bersayap,
namun hanya sekedar mimpi semu kau sajikan teruntuk ku,
penyair nista syaratkan kepedihan mencintai cinta. 
YOGYAKARTA
Puisi Linda Rahmawati

Berjuta kenangan telah terukir indah...
Terukir seperti arca terukir di batu cadas
Yang menjadi saksi dalam kisah cinta
Seperti rorojonggrang yang ingin seribu candi
Di tiap sudut dan sudut penuh kisah cintanya

Yogyakarta
Kota kenangan'ku bersamanya
Berdiri di atas batu cadas yang menjadi saksi hidup'ku dengannya

Ya kini hanya tinggal kenangan
Saksi biksu yang tak menjawab semua masa lalu'ku
Terdiam dan diam tak bersuara

Hari'pun berganti...
Aku'pun menginjak kota itu lagi
Dan aku kembali ke batu cadas saat kenangan itu masih ada
Aku merindukannya serta kasih sayangnya kepada'ku waktu itu

Ya...kenangan manis menjadi pelipur lara'ku
Walaupun sekarang menjadi kenangan
Yang terukir seperti batu cadas...
Dan...
Selalu'ku ingat semua kenangan itu
Dan selalu'ku simpan dalam hati'ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar